1.11.2009

MUHARRAM BULAN SIAL ?



MUHARRAM BULAN SIAL ?


Fenomena
Bulan Muharram dikenal terutama oleh sebagian masyarakat Jawa, dan beberapa masyarakat lainnya di negeri kita sebagai bulan sial. Dalam masyarakat Jawa keyakinan ini begitu mendarah daging, karena itu masyarakat pada bulan ini tidak ada yang berani mengadakan acara-acara besar seperti lamaran, resepsi walimatul ursy, dan acara-acara besar lainnya. karena takut akan tertimpa bencana, kegagalan atau hal-hal lain yang tidak diinginkan.

Sumber dan Latar Belakang
Belum ada yang berhasil memprediksi secara akurat asal muasal kepercayaan seperti ini, kemungkinan berasal dari filsafat Jawa kuno yang dikenal sangat menyakini tradisi hitung-menghitung hari. Yang pasti jika kita tanyakan kepada masyarakat, mayoritas mengatakan "itu kata orang tua kita dulu".

Masih terkait dengan kepercayaan seperti ini masyarakat jawa juga sangat mempercayai ramalan-ramalan. Dan dalam tradisi jawa ramalan yang diyakini keakuratannya adalah ramalan yang kembali kepada Joyoboyo.

Dalam tradisi masyarakat Syi'ah juga ada keyakinan seperti ini, penyebab utamanya adalah karena di bulan muharram ini tepatnya pada bulan asyura (10 muharram) ini merupakan bulan terbunuhnya Imam Husain bin Ali bin Abi Talib, yang mereka yakini sebagai salah satu imam yang sah. Pada hakekatnya kepercayaan seperti ini lebih dekat kepada keyakinan sebagai hari berkabung, namun bisa saja keyakinan seperti ini kemudian dirasuki juga keyakinan tentang masalah "kesialan". Sehingga antara perasaan berkabung dan keyakinan tentang kesialan bisa jadi bertemu dalam bulan muharram ini.

Dan ternyata masyarakat Barat (Eropa dan Amerika) juga memiliki kepercayaan tentang "sial" ini, seperti keyakinan tentang angka "13" yang diyakini sebagian besar sebagai angka sial.

Masyarakat arabpun mempercayai hal seperti ini, mereka menamakannya dengan istilah "Tatayyur".

Tatayyur
Pada intinya yang disebut dengan tatayyur adalah sebuah keyakinan bahwa kesialan dan keberuntungan ditentukan oleh kejadian tertentu, waktu, atau tempat tertentu. Dalam masyarakat jawa keyakinan seperti ini bahkan telah banyak dibubukan dalam sebuah disiplin ilmu yang disebut dengan "primbon".

Seperti jika dipagi hari didapati kicauan burung "pernjak" di dekat rumah, maka itu bertanda akan datang keberkahan, atau akan ada nikmat yang datang. Sehingga aktifitas apapun baik dilakukan pada hari itu. Sebaliknya jika didapati adanya suara keras dari burung hantu di malam hari dekat rumah itu bertanda akan terjadi kesialan, oleh karenanya diharapkan tidak keluar rumah pada esok harinya.

Masalah keyakinan tentang sialnya bulan muharram (syura) masuk dalam kategori tatayyur ini.

Sikap Islam
Islam datang dengan membawa misi yang diantaranya adalah pemurnian tauhid kepada Allah Swt. Serta membawa manusia menuju totolitas penghambaan kepada-Nya. Cakupan masalah pemurnian tauhid ini ada tiga hal :


Pertama: Totalitas pemurnian tauhid kepada Allah dalam hal "Peribadatan" seperti masalah (penyembahan/pemujaan, do'a/harapan, nadzar, kurban, sumpah dan seterusnya).




Kedua: Totalitas pemurnian tauhid kepada Allah dalam hal "Pengaturan" (seperti keyakinan tentang siapa yang menghidupkan dan mematikan, memberi rizki, menjadikan sakit atau sembuh, yang mendatangkan manfaat atau madzarat, menjadikan tempat bergantung.


Ketiga: Totalitas pemurnian tauhid kepada Allah dalam hal "Penamaan". (Nama-nama Allah atau pemberian sifat kepada-Nya)

Semua aktifitas yang tercakup dalam tiga kategori diatas ini semestinya hanya bermuara kepada Allah semata, sehingga pelanggaran terhadap tiga kategori diatas dapat menyebabkan seseorang terjebak dalam sebuah praktek yang disebut (penyekutuan/syirik) kepada Allah.

Posisi Tatayyur
Dari pemilahan kategori diatas, dapat disimpulkan bahwa masalah tatayyur masuk dalam kategori kedua, dalam artian bahwa seorang muslim yang meyakini bahwa bulan muharram adalah bulan sial, sehingga tidak berani melakukan aktifitas ataupun hajatan, sejatinya telah terjatuh dalam aktifitas syirik/penyekutuan kepada Allah. Allah berfirman :


"Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Al A'raf: 131)




Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam yang telah menjelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan at-Tirmidzi, beliau bersabda:


الطِّـيَرَةُ شِـرْكٌ
"Thiyarah itu adalah kesyirikan."


Alasan mengapa Tatayyur ini digolongkan ke dalam perbuatan syirik, diantaranya:
Pertama: Bahwa seseorang yang bertatayyur berarti dia telah meninggalkan tawakkalnya kepada Allah Ta'ala. Padahal tawakkal merupakan salah satu jenis ibadah yang Allah Ta'ala perintahkan kepada hamba-Nya. Segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, semuanya di bawah pengaturan dan kehendak-Nya, keselamatan, kesenangan, musibah, dan bencana, semuanya datang dari Allah Ta'ala. Dalam surat al-Hud: 56, Allah berfirman:


"Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Rabbku dan Rabbmu, tidak ada suatu makhluk pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya (menguasai sepenuhnya)."

Kedua: Seseorang yang bertathayyur berarti dia telah menggantungkan sesuatu kepada perkara yang tidak ada hakekatnya (tidak layak untuk dijadikan tempat bergantung). Karena ketika seseorang menggantungkan keselamatan atau kesialannya kepada bulan Muharram atau bulan-bulan yang lain, pada hakekatnya bulan Muharram itu tidak bisa mendatangkan manfaat atau menolak mudharat. Hanya Allah-lah satu-satunya tempat bergantung, seperti yang telah ditandaskan oleh Allah dalam surat al-Ikhlas, ayat 2:




"Allah adalah satu-satunya tempat bergantung."




secara psikis orang yang bertathayyur tidak terlepas dari dua kondisi;
Pertama: meninggalkan semua perkara yang telah dia niatkan untuk dilakukan.
Kedua: melakukan apa yang dia niatkan namun masih terus dihantui perasaan was-was dan khawatir.


Kondisi skologis seperti ini tidak diragukan lagi dapat mengurangi nilai kemurnian tauhid yang ada pada dirinya.

Solusi
Pertama: Memantapkan keyakinan tentang tawakkal kepada Allah seperti yang diajarkan oleh 'Abdullah bin Mas'ud. Tawakkal yang sempurna, dengan benar-benar menggantungkan diri kepada Allah dalam rangka mendapatkan manfaat atau menolak mudharat, dan mengiringinya dengan usaha. Sehingga apapun yang menimpa seseorang, baik kesenangan, kesedihan, musibah, dan yang lainnya, dia yakin bahwa itu semua merupakan kehendak-Nya yang penuh dengan keadilan dan hikmah.


Kedua: Sering membaca do'a, seperti yang diajarkan kepada Rasulullah.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah juga mengajarkan do'a kepada kita:



اللَّهُمَّ لاَ خَيْرَ إِلاَّ خَيْرُكَ وَ لاَ طَيْرَ إِلاَّ طَيْرُكَ وَ لاَ إِلهَ غَيْرُكَ
"Ya Allah, tidaklah kebaikan itu datang kecuali dari-Mu, dan tidaklah kesialan itu datang kecuali dari-Mu, dan tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau."




Ketiaga: Meyakini bahwa musibah apapun yang menimpa seorang hamba adalah atas kehendak Allah, dan itu semua tidak dimaksudkan kecuali salah satu dari dua kemungkinan:
Kemungkinan Pertama: merupakan ujian kepada Allah, yang akan menambah keimanannya kepada Allah, serta untuk kebaikan yang bersangkutan, seperti yang dijelaskan oleh Rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:



مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, Allah akan timpakan musibah padanya."




Kemungkinan Kedua: Merupakan teguran dari Allah, atas kesalahan yang telah dilakukan: Allah berfirman:



"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri ?" (Asy Syura: 30)



Jalan mulus menuju Surga
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah memberikan kabar gembira, bahwa akan ada sekelompok manusia yang jumlahnya 70.000 orang akan dijamin dapat memasuki surga tanpa hisab dan tanpa diazab, mereka itu adalah:



هُمُ الَّذِيْنَ لاَيَسْتَرْقُوْنَ وَلاَ يَكْتَوُوْنَ وَلاَ يَتَطَيَّرُوْنَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ"




Mereka adalah orang-orang yang tidak minta diruqyah, tidak minta dikay (suatu pengobatan dengan menempelkan besi panas ke tempat yang sakit), tidak melakukan tathayyur, dan mereka bertawakkal kepada Rabbnya." (Muttafaqun 'Alaihi)

Semoga Allah selalu membimbing kita untuk dapat memasuki surga-Nya kelak. Amin

No comments: