10.17.2007

MEREFLEKSIKAN NILAI FITRAH DLM KEHIDUPAN UMAT

MEREFLEKSIKAN NILAI FITRAH
DALAM KEHIDUPAN UMAT



الله أكبر* الله أكبر* الله أكبر* الله أكبر* الله أكبر* الله أكبر * الله أكبر * الله أكبر * الله أكبر
نحمده سبحانه والحمد نعمة منه مستفادة، ونشكر له والشكر أول الزيادة، ونشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الًملِك الحق المبين خالق الخلق أجمعين، ونشهد أن محمدا عبده ورسوله، وحبيبه وخليله، الصادق الأمين، المبعوث رحمة للعالمين.
اللهم صل على خاتم النبيين سيدنا محمد، وعلى آله الطاهرين وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد،
فقال الله تعالى في محكم تنزيله أعوذ بالله من الشيطان الرجيم

يأيها الذين أمنوا تقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون. وقال أيضا:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيَ أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ .

Kaum Muslimin dan Muslimat yang dirahmati oleh Allah.

Pagi hari ini adalah saat yang penuh makna bagi kehidupan muslimin yang baru saja melewati garis finish Ramadhan. Ketinggian makna hari ini tertandai dengan gemuruhnya takbir, tahlil, dan tahmid di seantero penjuru dunia. Lantunan kalimat suci ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah swt yang dengan rahmat-Nya memberi kita kesempatan emas untuk mensucikan diri dari dosa-dosa dengan shiyam (puasa) dan qiyam serta berbagai macam ibadah di bulan Ramadhan, hal yang selalu kita mohon dengan penuh kesungguhan Allahumma Barik lana fi Rajaba wa Sya'ban wa-ballighna Ramadlan.

Maka Hanii-an (selamat) dan berbahagialah bagi mereka yang telah bekerja keras untuk menggapai kemuliaan Ramadlan ini, sehingga pagi hari ini merupakan saat-saat yang menggembirakan, karena saatnya mengambil gaji sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah :


(أعطيت امتي في رمضان خمس خصال – لم تعطهن أمة كانت قبلهم - :
خُلوف فم الصائم عند الله أطيب من ريح المسك ، ويستغفر لهم الملائكة حتي يفطروا ، وتُصْفَدُ مردة الشياطين ، فلا يصلون إلي ما كانوا يصلون إليه ، ويزين الله جنته كل يوم ، فيقول : يوشك عبادي الصالحون أن يلقوا عنهم المؤونة والاذي ، ويصيروا إليك ، ويغفر لهم في آخر ليلة من رمضان فقالوا يا رسول الله ! هي ليلة القدر ؟ قال : لا ، ولكن العامل إنما يوفي أجره عند انقضاء عمله ) (رواه احمد ، بزار ، البيهقي عن أبي هريرة)

Telah diberikan kepada umatku lima perkara, yang belum pernah diberikan kepada umat-umat sebelum mereka : yaitu : (1)- Dijadikan bau mulut orang-orang yang berpuasa lebih wangi dari minyak kasturi, (2)- Para malaikat memohon pengampunan untuk mereka hingga waktu berbuka tiba, (3)- syaitan dibelenggu hingg tidak mampu menyentuh mereka seperti hari-hari lain, (4)- Setiap hari Allah menghiasi sorga-Nya, lalu Ia berkata : Hampir saja hambaku yang saleh menemui hambatan dan rintangan, tapi akhirnya ia akan menuju kamu. (5)- Mereka akan diampuni pada malam terakhir bulan ramadlan. Para sahabat bertanya : apakah itu malam Lailatul Qadar ? " Tidak" jawab Rasulullah. "bukankah, para pekerja itu layak mendapatkan gajinya saat ia telah merampungkan pekerjaaannya?" .

Namun demikian Rasa syukur kita kepada Allah ini mesti kita iringi dengan perasaan khauf, takut dan khawatir, seperti yang dikhawatirkan oleh Rasulullah Saw dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah :
“Betapa banyaknya orang yang berpuasa, namun tidak memperoleh apa-apa dari puasanya itu kecuali lapar dan dahaga” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Nasa`i). "Barangsiapa tidak bisa meninggalkan perkataan dusta serta perbuatan tersebut, maka Allah tidak merasa butuh dengan makanan dan minuman yang telah ia tinggalkan".


إذا لم يكن في السمع مني تصامم وفي بصري غض وفي منطقي صمت
فحظي إذا من صومي الجوع والظما وإن قلت إني صمت يوما فما صمت

Adapun mereka yang tidak mengindahkan kesucian Ramadlan, keagungan posisinya, serta ketinggian derajatnya, maka Sabda Rasulullah berikut –yang diriwayatkan oleh Thabrani dalam as-shaghir dan Ausatnya - adalah petuah terbaik, yang perlu ia renungkan dengan seksama :

إن أمتي لن يخزوا أبدا ما أقاموا شهر رمضان . فقال رجل من الانصار : ما خزيهم في أضاعتهم شهر رمضان ؟ فقال : انتهاك المحارم ؛ من عمل سوء أو زني أو سرق فلن يقبل منه شهر رمضان ، ولعنه الرب – عز وجل – والملائكة إلي مثلها من الحول ، فإن مات قبل شهر رمضان فليُبْشِر بالنار ، فاتقوا شهر رمضان ، فإن الحسنات تضاعف فيه وكذلك السيئات .
Sesungguhnya umatku tidak akan terhina, selama mereka mendirikan bulan Ramadlan. Seorang anshar bertanya : Apa bentuk kehinaan mereka, dkarenakan mereka menyaia-nyiakan bulan ramadlan ? Rasulullah menjawab : "Pelanggaran terhadap hal-hal yang haram, barang siapa berbuat kejahatan, atau berzina, atau mencuri maka, tidak akan diterima darinya bulan ramadlan, Allah dan para malaikat akan melaknatnya hingga tahun berikutnya. Jika ia meninggal sebelum bln ramadlan berikutnya maka berilah kabar gembira dengan neraka. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap bulan ramadlan, karena pahala kebaikan demikian juga ganjaran kejelekan akan dilipat gandakan".

Namun demikian, dalam kondisi apapun kita patut bersyukur karena telah diberi taufik bisa bertemu dengan ramadlan, diberi maunah untuk bisa melakukan berbagai ibadah dan kebaikan dengan semangat (imanan wahtisaban), hingga akhirnya kitapun hari ini berlebaran.

Allahu Alkbar 3x walillahil hamd, Kaum Muslimin dan Muslimat Rahimakulullah
Hari raya bukan sekedar pertanda berakhirnya kewajiban puasa, dan bukan untuk mengakhiri susasana luhur dan kudus bulan Ramadhan, tapi merupakan momentum untuk mengawali kehidupan baru, menunjukkan nilai apa yang kita peroleh dengan menjalankan ibadah puasa itu.
Dengan berakhirnya bulan Ramadhan kali ini, seolah Allah Swt menuntun hamba-hambanya terkasih untuk menemukan makna hakiki dari suka cita hari raya ini. Maka suatu bentuk kegembiraan yang paling dalam saat berlebaran adalah suasana Kesucian kembali ke Fitrah.
Kondisi fitrah yang saya maksud adalah tiga hal pokok tentang hakekat manusia beriman.

Pertama: hakekat kejadian asal manusia yang suci, bersih (fitrah), cinta kebenaran dan kebaikan.
Kedua : hakekat fitrah manusia yang tidak bisa lepas dengan komunitas sosialnya dan
Ketiga : hekekat dimana ukhuwah Islamiyah menjadi tonggak kekokohan komunitas masyarakat Islam dan bangsa ; dimana persatuan itu fitrah sementara perpecahan merupakan proses penghancuran fitrah.

Ketiga hal ini yang ingin kita hayati melalui kegembiraan Idul Fitri, yang ingin kita tumbuh kembangkan dengan takwa yang dengan susah payah kita gapai selama Ramadhan.

Allahu Akbar (6x) Allahu Akbar wa Lillaahil-hamd. Kaum Muslimin yang dirahmati Allah

Pertama: bahwa manusia dilahirkan dalam kejadian asal yang suci dan bersih (atau fitrah), sehingga manusia secara alami (natural) merindukan dan mencari kebenaran dan kebaikan. Kebaikan dan kebenaran adalah alami atau natural, sementara kejahatan dan kepalsuan itu tidal alami atau natural, sehingga bertentangan dengan jati diri manusia yang ditetapkan Allah Swt, serta bertentangan dengan hati nurani setiap manusia normal.
Karena kepalsuan, kejahatan, dan kedhaliman itu bertentangan dengan jati diri kita yang diwakili oleh hati nurani kita, maka setiap kepalsuan dan kejahatan tentu mengganggu ketentraman. Suatu kali seorang sahabat Nuwas bin Sam`an Al Anshary bertanya kepada Rasulullah:
“Apa itu dosa, Ya Rasulallah ? Rasulullah menjawab: Dosa adalah sesuatu yang terdetik dalam hatimu dan kamu tidak suka orang banyak mengetahuinya”. (HR. Muslim).
Oleh karena itu dosa dengan sendirinya akan menjadi sumber kesengsaraan batin, dan tidak jarang menjelma menjadi kesengsaraan lahir.

Baru saja Ramadhan berlalu. Dengan Rahmat-Nya Allah mengampuni serta menghapus dosa-dosa kita, Allah mengetuk kembali hati nurani kita, menunjukkan tentang jati diri kita yang fitrah, yang cinta kebenaran dan kebaikan. Maka kini, setelah Ramadhan meninggalkan kita, akankah kita kembali mengkhianati hati nurani ?. Kita sengsarakan jiwa ini dengan berbagi model kejahatan, kepalsuan , dan perbuatan-perbuatan dosa ?.

Fitrah kita (yang cinta kebaikan dan kebenaran) ini mesti kita pelihara, mesti kita rawat. Dan Allah swt telah menunjukkan resepnya : yaitu dengan iman, takwa dan tradisi intropeksi atau evaluasi diri.
Dalam surat AL Hasyr ayat 18, Allah swt berfirman :

$pkš‰r'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£‰s% 7‰tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7ŽÎ7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ

“Hai orang–orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan evaluasilah diri serta amalmu guna menghadapi hari depan, dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha teliti terhadap apa yang kalian kerjakan”.

Iman dan takwa telah kita coba pupuk selama Ramadhan, maka saatnya kita melakukan kontepelasi, intropeksi merenugi serta mengevaluasi diri kita.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia
Dalam hidup ini yang paling tahu tentang diri kita adalah Allah Swt dan diri kita sendiri. Karena Allah mengetahui keadaan kita yang paling mendalam, maka mustahil bagi kita membenarkan diri sendiri, baik dengan berlagak bahwa kita lebih baik dari keadaan kita yang sesungguhnya, atau dengan mencari-cari alasan untuk membenarkan tindakan kita. Dan kesadaran akan siapa kita sebenarnya, adalah aspek keikhlasan yang amat bermakna. Karena pandangan lebih terhadap diri, buta terhadap hakekat diri sendiri, puas dengan amalan yang telah dikerjakan, hanya akan melahirkan rasa tinggi diri dan takabbur. Puas dengan amalan yang telah dilaksanakan hanya akan menjerumuskan. Merasa puas dan cukup dengan ibadah Ramadhan, hanya akan menjatuhkan kehidupan manusia.
Karena itu rahasia mengapa Islam menganjurkan umatnya untuk menutup setiap aktivitas : ibadah, kerja, ilmu dengan memperbanyak istighfar (meminta ampun kepada Allah), itu merupakan pengakuan atas kesalahan dan kekurangan, dan kekurang puasan kepada amal, kerja, dan aktivitas lainnya, sehingga ada harapan untuk meningkatkan kualitas amal di masa berikutnya.

Allahuakbar (6 x) Allahuakkbar walillahilhamd, kaum muslimin dan muslimah rahimakumullah
Dalam intropeksi diri, mari kita bandingkan nikmat yang telah diberikan oleh Allah dan berapa banyak kejahatan, kepalsuan dan kedhaliman yang secara sadar atau tidak selalu kita rajut.
Jelas, bahwa ni'mat, rahmat, berkah, dan ma'unah Allah swt kepada kita setiap saat, kapan dan di mana saja, baik dibutuhkan maupun tidak, kalau dikalkulasi, pasti kita tidak bisa menghitungnya.
Kita yakin Allah itu ada, Allah maha mengawasi langkah-langkah kita, tapi mengapa kadang kita dengan santai merajut kepalsuan, kejahatan dan kemaksiatan kepada Allah dalam hidup ini.
Kita yakin bahwa Allah Arrazzaq, Maha pemberi rizki, tapi mengapa kadang kita tidak pernah merasa puas dan terus merasa kurang dengan nikmat Allah yang diterima, kurang sabar dalam berjuang merubah nasib, selalu menempuh jalan pintas, sehingga terkadang kita tak segan-segan melakukan pelanggaran-pelanggaran serta kedhaliman hanya untuk memperoleh sesuap nasi.
Kita yakin Allah itu Maha Pencipta, tapi terlalu sering kita langgar perintahnya, dan kita lakukan larangan-larangannya.
Kita yakin bahwa kehidupan akhirat yang abadi, tapi kadang kita terbuai oleh rayu duniawi, seolah dunia ini kekal tanpa batas.

Jama`ah idul Fithri yang dimuliakan Allah
Dalam intropeksi ini, mari kita bandingkan antara kebaikan dan kejelekan. Manakah yang lebih banyak antara keduanya.
Berbahagialah orang yang yang sering mawas diri dan sering melakukan evaluasi terhadap diri sendiri, seperti yang disabdakan oleh Umar bin khattab:

حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا وزنوا أعمالكم قبل أن توزن عليكم وإنما يخفف الحساب يوم القيامة على من حاسب نفسه في الدنيا

« Evaluasilah dirimu sebelum dihisab kelak di akhirat, sesungguhnya di hari kiamat hisab akan diringankan bagi orang yang mengevaluasi dirinya di dunia»

Allahu akbar (6 x) Allahu akbar walillahilhamd,
Tradisi intropeksi perlu dilanjutkan dengan semangat kompetisi. Kompetisi yang positif yaitu persaingan menuju ridha Allah swt.
Islam adalah agama gerak, agama amal dan kerja, tak ada kata malas dalam kamus Islam. Karena beramal, bekerja, dan bergerak berfungsi sebagai aktualisasi diri, untuk memelihara kelangsungan hidup, memakmurkan bumi, memberi nilai tambah kehidupan, dan sebagai persembahan dan pertanggungjawaban manusia kepada Allah di hari akhirat. Amal dan pekerjaan seseoranglah yang akan menentukan, apakah ia menjadi ahli surga atau neraka, apakah ia termasuk dicintai oleh Rasulullah atau bukan, sekaligus menjadi bukti prestasi di kalangan orang-orang beriman (QS : Attaubah : 105)
Kompetisi dan persaingan dalam kebajikan, perbaikan, menunutut ilmu, mencari rizki halal, diperintahkan dalam Islam. Dunia adalah arena kompetisi, dan pemenangnya adalah seperti pada jawaban Rasulullah Saw saat ditanya oleh Ibnu Umar tentang makna ayat – 7 dari surat Alkahfi :
«Sesungguhnya kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan, agar kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya », « ayyuhum ahsanu amalan », Rasulullah menjawab: Yaitu Allah berkenan menguji siapakah diantara hamba-Nya yang paling baik akalnya, paling menjauhi larangannya, dan paling bersegera melaksanakan perintah-Nya ».

Allahu akbar (6 x) Allahuakbar walillahilhamd, kaum muslimin dan muslimat yang dikasihi Allah

Kedua: fitrah manusia sebagai makhluk sosial.
Kita sama-sama menyadari bahwa realita kehidupan sosial umat Islam yang ada sekarang ini, baik politik, ekonomi, budaya, maupun bidng lainnya bukanlah kenyataan yang ideal, bukan kehendak final Allah swt. Sungguh masih teramat banyak kelemahan, kekurangan, dan kesalahan-kesalahan yang didapat dalam menata dan menjalani tata aturan Allah di dunia ini.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa kezaliman, ketidakadilan, keserakahan, penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, korupsi, kolusi, monopoli, saling menjegal dan menikam, serta kemungkaran lain masih merajalela di tengah-tengah kehidupan kita. Pelaku semua kemungkaran itu mungkin saja orang lain, tapi mungkin juga diri kita sendiri. Disadari atau tidak, kita pun kadang terlibat dan melakukan kemungkaran dan kemaksiatan.
Itulah kondisi sosial, tempat kita bernaung dalam komunitas umat dan bangsa. Itulah wajah masyarakat kita dan itulah kita.
Maka, fitrah sosial kita yang sedikit banyak kita suburkan di bulan Ramadhan, mulai detik ini memerlukan pembuktian secara nyata. Makna takwa yang kita raih pasca Ramadhan bukan hanya memihak pada kepentingan pribadi, seperti menjalani ritual keagamaan secara khusyu' dan istiqamah (konsisten), melainkan juga memfungsikan diri sebagai pelaku perubahan sosial tadi.
Takwa tak berarti pasif, tapi mesti dibarengi dengan peran kepeloporan, peran perubahan, peran ishlah dan reformasi. Orang yang bertakwa tak puas hanya dengan kesalehan pribadi, tapi terdorong untuk membiaskan ketakwaan itu dalam kehidupan sosialnya hingga tercipta kesalehan kolektif masyarakat. Ketakwaan menghendaki kita untuk tampil di tengah masyarakat dengan ide-ide solusi yang cemerlang, menjadi bagian dari penyelesaian masalah, bukan bagian dari masalah yang merepotkan masyarakat.
Karena itu dalam beberapa ayat-Nya Allah Swt menggandengakan ketakwaan dengan peran perubahan dan perbaikan.

فمن اتقى وأصلح فلا خوف عليهم ولا هم يحزنون (الأعراف – 35)

“Bagi orang yang konsisten dengan ketakwaannya, dan gemar melakukan perbaikan diri dan sosialnya, ia tak pernah khawatir dan takut dalam hidupnya, tak khawatir meninggalkan generasinya, dan tak pernah takut menghadap Tuhannya, karena Allah pasti mengampuninya dan mengasihinya:

و إن تصلحوا وتتقوا فإن الله غفور رحيم

“Jika kalian gemar melakukan kebaikan dan perbaikan, serta bertakwa maka sesungguhnya Allah Swt Maha Pengampun dan Penyayang” (Annisa`: 129)

Dalam peran perubahan sosial ini, mari kita mulai dari diri kita sendiri, Karena perubahan sosial akan terjadi bukan dari orang lain, melainkan dari diri kita sendiri.

إن الله لا يغير ما بقوم حتي يغيروا بأنفسهم

<>.

Kaum Muslimin yang mulia:
Salah satu petunjuk Alquran sebagai refleksi dari perintah kepada orang-orang yang bertakwa untuk melakukan perbaikan dan perubahan sosial adalah firman Allah Swt :

يا ايها الذين أمنوا اتقوا الله وكونوا مع الصادقين (التوبة - 119)

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan bergabunglah bersama orang-orang yang jujur dan benar.”

Allahu akbar (6 x) allahuakbar walillahil hamd
Tak ada yang lebih baik dalam pergaulan sosial kecuali teman yang jujur, sahabat yang amanah dan bisa dipercaya. Bahkan seperti yang diungkapkan oleh Umar bin khaththab, bahwa teman yang jujur (shidq), umpama perhiasan dalam kesenangan, dan modal berharga dalam kesempitan. Fitrah kita, naluri kita pun menerima hakekat ini. Bila kita pedagang tentu akan memilih mitra dagang yang jujur, bila kita pegawai tentu lebih suka bekerja dengan teman yang amanah. Bila kita pelajar, kita tentu merasa tenang dan aman bersama sahabat-sahabat yang jujur. Fitrah kita pasti cenderung dengan persahabatan dalam kejujuran.
Tapi hadirin sekalian, Ayat 119 dari surat Taubah tadi bukan hanya perintah untuk bergaul bersama orang-orang yang jujur, memilih teman dalam bermuamalah, akan tetapi secara tersirat adalah perintah kepada orang-orang yang bertakwa -pemegang peran perubahan- untuk menampilkan dirinya sebagai contoh kejujuran ditengah lingkungannya, dan perintah menciptakan komunitas shiddiqin, (komunitas orang-orang yang jujur), konsisten dan bertanggung jawab. Di rumah, di kampus, di organisasi, di kantor, di masyarakat adalah ladang-ladang bagi kita untuk menjadi teladan dalam kejujuran, dan membangun suasana kejujuran.
Dalam kajian akhlak, kejujuran memiliki kekuatan. Kejujuran dalam niat akan melahirkan kekuatan motivasi. Kejujuran dalam lisan akan melahirkan kekuatan pengaruh. Kejujuran dalam amal dan kerja dapat melahirkan kekuatan produksi. Dan Apabila komunitas kejujuran bersatu dalam niat, bersatu dalam lisan, dan bersatu dalam amal, akan lahir kekuatan peradaban dan ketenangan kehidupan.

Hasan bin Ali ra. Berkata :
“ Saya menghafal sesuatu dari Rasulullah Saw, « Tinggalkanlah apa yang kamu ragukan dan kerjakan apa yang tidak kamu ragukan. Sesungguhnya jujur dan kebenaran itu menimbulkan ketenangan, dan dusta itu menimbulkan kebimbangan.” (Hr. Turmudzi)

Kaum muslimin-muslimat rahimakullah
Hakekat Ketiga, yang perlu kita renungkan adalah : hekekat dimana ukhuwah Islamiyah menjadi tonggak kekokohan komunitas masyarakat Islam dan kehidupan berbangsa ; dimana persatuan itu fitrah sementara perpecahan bukan saja musuh utama fitrah, tapi penghancur bagi agama itu sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Darda', Rasulullah Saw, bersabda kepada para sahabat :

ألا اخبرك بأفضل من درجة الصيام والصلاة والصدقة قالوا بلي ، قال صلاح ذات البين ، فإن فساد ذات البين هي الحالقة ، لا أقول تحلق الشعر ولكن تحلق الدين .
"Maukah kalian aku tunjukkah satu amalan yang derajatnya lebih tinggi dari puasa, shalat dan sedekah". "Tentu ya Rasululallah". Jawab mereka. "Amalan itu adalah usaha merajut putusnya tali silaturrhm, karena rusaknya hubungan silaturrahmi itu adalah pencukur, yang saya maksudkan bukan mencukur rambut, tapi mencukur agama".

Umat islam demikian pula bangsa Indonesia, kokoh, kuat dan berdaya, justru karena karagaman yang ada di dalamnya. Dan Kenyataan bahwa yang dapat menyatukan keberagaman tersebut adalah Islam, benar-benar diakui oleh para pemikir dan peneliti yang obyektif.
Michael Hart, dalam bukunya "Seratus tokoh paling berpengaruh dalam sejarah" adalah salah satu contohnya.
Tentang kondisi jahiliyah sebelum datangnya Islam ia bercerita :
"Suku Bedewi punya masyarakat tradisi turun-temurun sebagai prajurit-prajurit yang tangguh dan berani. Tapi, jumlah mereka tidaklah banyak dan senantiasa tergoda perpecahan dan saling melabrak satu sama lain. Itu sebabnya mereka tidak bisa mengungguli tentara dari kerajaan-kerajaan yang mapan di daerah pertanian di belahan utara. Tapi, Muhammadlah orang pertama dalam sejarah, berkat dorongan kuat kepercayaan kepada keesaan Tuhan, pasukan Arab yang kecil itu sanggup melakukan serentetan penaklukan yang mencengangkan dalam sejarah manusia. Di sebelah timurlaut Arab berdiri Kekaisaran Persia Baru Sassanids yang luas. Di baratlaut Arabia berdiri Byzantine atau Kekaisaran Romawi Timur dengan Konstantinopel sebagai pusatnya.

Lalu tentang peran Islam dalam mempersatukan bangsa Indonesia ia berkata :

Agama Islam, tentu saja, menyebar terus dari satu abad ke abad lain, jauh melangkah dari daerah taklukan. Umumnya jutaan penganut Islam bertebaran di Afrika, Asia Tengah, lebih-lebih Pakistan dan India sebelah utara serta Indonesia. Di Indonesia, Agama Islam yang baru itu merupakan faktor pemersatu".

Maka, setelah kita dimuliakan Islam dengan persatuan, relkah kita mencabik-cabik fitrah kita kembali dengan kebencian, kita coreng wajah kita kembali dengan permusuhan dan kita hinakan diri kita dengan kedengkian.

#qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $Yè‹ÏJy_ Ÿwur (#qè%§xÿs? 4 (#rãä.øŒ$#ur MyJ÷èÏR «!$# öNä3ø‹n=tæ øŒÎ) ÷LäêZä. [ä!#y‰ôãr& y#©9r'sù tû÷üt/ öNä3Î/qè=è% Läêóst7ô¹r'sù ÿ¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ/ $ZRºuq÷zÎ) ÷LäêZä.ur 4’n?tã $xÿx© ;otøÿãm z`ÏiB Í‘$¨Z9$# Nä.x‹s)Rr'sù $pk÷]ÏiB 3 y7Ï9ºx‹x. ßûÎiüt6ムª!$# öNä3s9 ¾ÏmÏG»tƒ#uä ÷/ä3ª=yès9 tbr߉tGöksE ÇÊÉÌÈ

<>.

Selaras dengan ayat diatas, Rasulullah dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Zubair bin awwam, mengingatkan bahwa hasat dan kebencian merupakan karakter dasar masyarakat jahiliyah yang belum tersentuh oleh ajaran Islam, penyakit ini dimungkinkan merasup kedalam tubuh umat ini, sehingga memporakporandakan bangunan tatanan sosial yang telah ditata dengan nilai-nilai agama.


دب إليكم داء الأمم قبلكم الحسد والبغضاء هي الحالقة ، لا أقول تحلق الشعر ولكن تحلق الدين والذي نفسي بيده لا تدخلوا الجنة حتي تؤمنوا ولا تؤمنوا حتي تحابوا أفلا أنبئكم بما يثبت ذلك لكم أفشوا السلام بينكم . الترمذي عن الزبير بن عوام


<>.

Marilah kita nikmati keberagaman khazanah umat Islam Indonesia sebagai bagian dari kekokohan dengan terus menumbuh kembangkan semangat toleransi, saling menghormati, saling memaafkan, saling menghargai. Tak terlalu penting memperpedulikan bendera, organisasi, partai, suku atau ras, bahasa atau warna lainnya, selama ia berada dalam kebenaran, dia adalah bagian dari kekokohan umat. Tak perlu menonjolkan diri, karena kita tak pernah utuh kecuali dengan kebersamaan. Keindahan adalah kebersamaan. Marilah kita berhenti meremehkan yang kecil, karena kita ini kuat justru oleh perjuangan yang kita anggap kecil. Sekecil apapun usaha yang kita mulaikan tidak pernah disia-siakan oleh Allah.

Dalam suasana Hari raya Idul Fitri yang kudus dan agung ini merupakan saat yang paling tepat untuk merajut kembali persatuan umat dan bangsa, Saat yang tepat untuk membuka pintu pemaafan, saat yang paling tepat untuk saling membuka hati dan dan menyambung tali silaturrahmi.

Kita mulai dari kehidupan lokal antara anggota masyarakat, antara organisasi dengan organisasi, antara lembaga dan lembaga, antara partai dan partai, lalu antara masyarakat dan pemerintah, guna menuju persatuan global, persatuan bangsa dan persatuan umat islam dunia.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم، وتقبل الله منا ومنكم إنه هو السميع العليم

Khutbah ke-dua

الله أكبر* الله أكبر* الله أكبر* الله أكبر* الله أكبر* الله أكبر * الله أكبر
الحمد لله الذي أكرمنا بالإسلام، وأعزنا بالإيمان، نشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، أنزل الكتاب والميزان، ونشهد أن محمدا عبده ورسوله، الداعي إلى سبيل الرشاد والفرقان. صلى الله عليه وعلى آله وأصحابه خير صحب وخير آل، صلاة دائمة إلى يوم الدين.
أما بعد، فقال تعالى: يأيها الذين أمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون


Pagi hari ini kita bergembira, bersuka cita karena rahmat dan ampunan Allah tercurahkan untuk umat beriman. Akan tetapi bila hati kita sedikit merenung, ternyata kegembiraan dan suka cita kita pada pagi ini kurang sempurna. Di sini kita berhari raya dengan penuh cita, sementra saudara-saudara kita di beberapa daerah di Indonesia masih berjuang mengembalikan motivasi hidup setelah diguncang oleh bencana alam yang sangat dahsyat, dari aceh dan sumatra utama, ke jogaja, ke pangandaran, ke bukit tinggi, ke lampung, dan tempat-tempat lainnya.
sementara di belahan bumi lain : Iraq, Checnya, Palestina, Kasymir, mereka berhari raya dengan darah dan air mata. Mereka adalah saudara kita. Kesulitan demi kesulitan menyertai mereka di bulan Ramadhan dan kesulitan yang sama bahkan lebih kini hadir di tengah mereka di saat Idul Fithri, saat suka cita kita nikmati bersama. Tapi ada secercah kegaguman, meski kesulitan bertubi-tubi, tapi mereka mampu menikmati kesulitan itu, bahkan kesulitan itu melahirkan pahlawan-pahlawan yang terhormat.
Kondisi global umat Islam kini mengingatkan kita dengan prediksi Rasululah tentang umat Umat Islam. Kata beliau, di akhir zaman umat seperti buih yang terombang-ambing oleh kondisi. Umat yang lemah dan dilemahkan, termarjinalkan dari pentas peradaban. Umat yang terpecah dengan kecenderungan individualisnya. Umat yang lupa akan visi dan misinya di atas bumi. Umat yang menderita penyakit kronis yang disebut dengan al wahn –sebuah sikap dan prilaku materialistik dan ketakutan dalam menghadapi kepastian (mati). (HR. Abu dawud, Imam Ahmad).
Kita yakin bahwa Rasulullah tak bermaksud membuat putus asa dan pesimis para pengikutnya. Justru di balik sabda itu terkandung peringatan, bahwa tantangan masa depan muslimin semakin canggih dan kompleks. Dan tantangan itu akan menjadi hambatan selagi kaum muslimin hanya berpangku tangan. Dalam kamus muslimin tantangan bukanlah hambatan bahkan sebagai pemicu semangat kebangkitan dalam meraih masa depan yang semakin cerah.

Allahu Akbar (6x) Allahu Akbar wa Lillaahil-hamd. Jama'ah Shalat 'Ied yang dirahmati Allah,
Pada hari yang mulia ini kita perlu menundukkan kepala dengan kepasrahan dan kerendahan hati dan mengingat-ingat kembali keadaan diri kita, apakah yang telah kita perbuat bagi diri kita, keluarga kita umat kita dan agama kita, dan bangsa kita.
Untuk itu marilah kita berdo'a memohon ampunan Allah atas segala kelemahan dan kealpaan kita.

اللهم صل على سيدنا محمد في الأولين، وصل على سيدنا محمد في الآخرين، وصل على سيدنا محمد في الملأ الأعلى إلى يوم الدين
Ya Allah,
Tuhan yang mengenggam langit dan bumi serta seluruh isinya, yang menerbitkn matahari dari ufuk timur dan menenggelamkan di ufuk barat, yang mengatur arah angin bertiup, dan menjatuhkan dedaunan diatas bumi, menumbuhkan biji-bijin dikedalaman bumi.
Di pagi hari yang barakah ini, kami memohon kehadirat-Mu, agar Engkau limpahkan kepada kami rahmat-Mu. Dipenghujung bulan yang suci ini, sucikan hati kami dari segala bentuk riya' dan kemunafikan, lisan kami dari dusta, mata kami dari khiyanat. Serta terimalah terimalah shalat kami, puasa kami, ruku' kami, sujud kami, serta semua amal shaleh kami, baik yang kecil maupun yang besar, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangngan, sehingga kami punya bekal untuk menghadap-Mu kelak ya Alla.

Ya Allah, ya Tuhan kami !
Hambamu yang lemah tak berdaya yang dilumuri oleh dosa kini tersimpuh di Hadapan-MU, mengakui segala kesalahan-kesalahannya, lalu memohon ampunan kepadaMU

Ya Rahman, Ya Rahim !
Yang mengatahui yang kami sembunyikan di dalam lubuk hati kami, maha melihat aib-aib kami. Tutuplah aib kami, jika bukan karena Rahman-Mu niscaya Engkau akan buka semua aib-aib kami, sehingga kami tidak akan mampu menatap siapapun karena malu.

Ya Rahman, Ya Rahim, !
Ya yang maha mendengar ucapan kami, dan maha melihat tempat kami, maha mendengar rintihan kami, yang maha melihat saat kami berbuat kebaikan di keramaian, tapi berbuat kejahatan di kesendirian.
Ya Allah jika bukan karena Rahim-Mu niscaya buka semua kebusukan hati kami itu. Sehingga kami menjadi hamba-Mu yang terhina.

Wahai Tuhan kami,
Kami sadar bahwa dosa-dosa kami kini telah menggunung bagaikan bilangan pasir, Maka anugerahkanlah pengampunan MU wahai Raja segala Raja.

Wahai Tuhan kami, untuk sekian kalinya, kami datang kepadaMU, maka janganlah Engkau tolak Kami,
Dan jika Engkau menolak Kami kepada siapa lagi kami akan mengadu ?

Ya Allah !,
Kami memohon ampunan-Mu dari deraan dosa-dosa yang telah menyebabkan: Tali pegangan kami terputus, AdzabMu turun bagaikan hujan yang deras, Do'a-do'a kami terpasung (terbelenggu), AzabMu turun dan Harapan-harapan kami kepadaMu terputus.

Wahai Tuhan yang telah mencicipkan kepada para kekasihNYa manisnya sebuah keakraban, sehingga mereka datang kepadaNYa dengan merajuk (bermanja-manja)
Wahai Tuhan yang telah menyemaikan kepada para WaliNYA, baju kewibawaan, sehingga mereka datang kepadaNYA memohon ampunan.

Wahai Zat yang Maha Kasih !,
Engkau tahu, betapa dahsyatnya tekanan kondisi yang ada disekitar kami, betapa beratnya tekanan hidup yang menghimpit kami, dan betapa beratnya kami harus berjuang untuk melakukan satu kebaikan saja, dan berapa kami bersusah payah melawan dahsyatnya dorongan nafsu yang terus melesat bagai kuda liar yang tak mampu kami tundukkan.

Ya Allah !
Rasanya kami tak akan pernah mampu menghadapi ini semua, tanpa sentuhan kasih sayang dan RahmatMu.
Maka kini kami tersimpuh, mengangkat tangan dengan penuh pengharapan, menjerit dihadapanMu dengan penuh belas kasihan, turunkan rahmatMu bagaikan rintik-rintik hujan yang menyejukkan, eluslah dada kami dengan keharibaanMu, seperti angin sepoi sepoi yang menerpa wajah kami, serta mendatangkan kesegaran. Hingga kami mampu memikul perintahMu dengan ringan, dan kami mampu meninggalkan larangmu dengan segala kesenangan.

Ya Allah, jika Engkau hendak menghukum kami, bukankah kami bagian dari hambaMu, yang masih merindukan sorgaMu, rindu ingin melihat wajahMu yang lebih terang dari cahaya manapun yang pernah Engkau ciptakan.

Ya Allah !
yang mendengar apa yang terdetik dihati kami,
yang Maha mendengar apa yang kami ucapkan dengan lisan kami,
yang Maha mendengar rintihan kami,
Kami menyadari bahwa kelemahan telah membuat kami berlaku zhalim kepada diri sendiri dan bahkan mungkin kepada orang lain. Karenanya ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan waaftkanlah kami, ya Allah, berserta orang-orang yang berbakti kepada-Mu.

Ya Allah,
kami menyadari betapa beratnya perjuangan menegakkan agama-Mu, menegakkan kalimat-Mu, mengibarkan panji-panji-Mu. Betapa banyak tantangan yang menghadang. Karenanya betapa banyak pula pekerjaan yang seharusnya kami lakukan. Tetapi ya Allah, apa yang kami perbuat hingga hari ini ? Karenanya ya Allah, wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah.
Ya Allah, wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat, sebagaimana yang Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Allah, ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, rahmatilah kami. Hanya Engkau, ya Allah, hanya Engkau, penolong kami. Maka tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir.

Ya Allah,
tunjukkanlah pada kami yang benar itu benar, dan berikanlah kepada kami kesanggupan untuk mengikutinya. Tunjukkanlah kepada kami yang salah itu salah, dan berikanlah kepada kami kekuatan dan kemampuan untuk menghindari dan menyingkirkannya

Ya Allah, yang maha kasih !
Maafkan kami Ya Allah, ….. ampunilah kami, jika kami seringkali tidak peduli dengan Orang tua kami, jika kami menyia-nyiakan mereka. Mereka orang yang paling berjasa dalam hidup kami ….. mengandung kami dengan susah payah, melahirkan kami dengan bersimbah darah, membasarkan kami dengan penuh tabah.

ya Allah, maafkanlah kami jika kami jarang berbakti kepada mereka ….. maafkanlah kami jika kami lupa mendo’akan mereka, maafkanlah kami jika kami sering kali berkata, dan berlaku kasar kepada mereka ….. bahkan terkadang membentak mereka …… ya Allah jika bukan karena maaf-Mu, pastilah kami akan dibalas oleh anak-anak kami kelak ya Allah …..

Ya Allah,
Bebaskanlah negeri kami dari problematika multi dimensi. Kami akui kami pelaku semua itu, maka ampunilah kami, dan bebaskanlah negeri kami dari segala kesulitan.

Ya Allah, jadikanlah hati-hati kami dan saudara kami berkumpul atas dasar kecintaan kepada-Mu, bertemu atas dasar ketaatan kepada-Mu, bersatu di jalan da'wah -Mu, berpadu dalam menegakkan syari'at-Mu.
Ya Allah, kokohkanlah ikatan persaudaraan Islam diantara kami, kekalkanlah cintanya, tunjukkanlah jalan-jalannya, penuhilah dengan sinar-Mu yang tak pernah padam, dengan curahan keimanan kepada-Mu, hiasilah dengan ketawakkalan kepada-Mu, hidupkanlah hati kami dengan ma'rifah kepada-Mu dan matikanlah kami sebagai syahid di jalan-Mu.

Ya Allah, kami telah meminta kepadaMu dengan segala kerendahan hati, sebagaimana yang Engkau suruhkan, Maka penuhilah permintaan kami ini, sebagaimana yang telah Engkau janjikan!

Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-aakhirati hasanah waqinaa 'adzaaban-naar. Taqabbalallahu minna wa minkum, kullu `am wa antum fi khair, Subhaana Rabbika Rabbil 'Izzati amma yasifuun wasalaamun 'alal-Mursaliin wal hamdu lillaahi Rabbil 'Aalamiin.
Selamat hari raya `Idul Fitri, Kullu Am waantum bikhairin, Minal `Aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan bathin.


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته